Hasan Basri
Запись блога пользователя «Hasan Basri»
Awal Cerita: Dari Arisan Jadi Niat Suci Bersama
Siapa sangka, arisan bulanan ibu-ibu pengajian di kampung kecil Depok bisa berujung pada perjalanan spiritual yang menggetarkan hati?
Semuanya berawal dari Bu Nur, ketua majelis taklim, yang dengan suara lembut berkata,
“Bu-ibu, gimana kalau kita niat bareng tahun depan ikut Umroh Plus Aqsho? Sekalian ziarah ke tempat para Nabi.”
Awalnya semua tertawa. “Bu Nur, itu kan jauh, mahal, mana kuat kita?” celetuk Bu Siti sambil menyeruput teh hangat.
Tapi Bu Nur menjawab yakin, “Kalau niatnya karena Allah سبحانه وتعالى, pasti dimampukan.”
Dan ternyata benar. Dalam waktu satu tahun, lewat arisan dan tabungan kecil, sembilan ibu-ibu pengajian itu akhirnya resmi mendaftar ke Pusat Umroh, travel yang direkomendasikan oleh salah satu ustadz mereka.
“InsyaAllah, Bu, perjalanan ini nggak cuma wisata. Ini ibadah dan sejarah hidup,” ujar staf Pusat Umroh saat briefing keberangkatan.
City Tour Jordan: Langkah Pertama yang Penuh Haru
Hari pertama di Amman, udara dingin langsung menyapa. Ibu-ibu pengajian itu berbaris rapi di bandara, sebagian masih tampak tak percaya.
“Bu, kita beneran di luar negeri ya?” tanya Bu Wiwi polos.
“Iya, Bu. Bukan cuma liburan, ini ziarah para Nabi!” sahut Bu Siti sambil memegang paspor erat-erat.
Mereka mengunjungi Maqam Nabi Syu’aib عليه السلام dan Maqam Nabi Harun عليه السلام.
Saat berdiri di sana, Bu Nur tak kuasa menahan tangis. “Dulu cuma bisa baca kisah para nabi dari Al-Qur’an. Sekarang kita benar-benar berdiri di tanah yang sama.”
Sore hari mereka menuju Laut Mati. Suasana riuh penuh tawa saat ibu-ibu mencoba mengapung di air asin.
“Bu, aku nggak bisa tenggelam!” teriak Bu Ani sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Namun, di tengah keceriaan itu, ada rasa syukur mendalam. Semua sadar bahwa perjalanan ini adalah anugerah luar biasa dari Allah سبحانه وتعالى.
City Tour Palestina: Air Mata di Masjidil Aqsho
Hari ketiga, rombongan Pusat Umroh memasuki Palestina. Saat bus melintasi perbatasan, suasana berubah hening.
Begitu kubah emas Masjidil Aqsho terlihat dari kejauhan, seluruh ibu-ibu spontan membaca shalawat dengan air mata mengalir.
“Bu, itu… Masjidil Aqsho?” suara Bu Siti bergetar.
“Iya, Bu. Kiblat pertama kita,” jawab pemandu lembut.
Begitu memasuki halaman masjid, mereka sujud syukur bersama. Tak peduli debu, tak peduli panas.
“Subhanallah… ini impian seumur hidup,” ucap Bu Nur lirih.
Di dalam masjid, suasana semakin syahdu. Bu Wiwi duduk di sudut, memeluk mushaf kecil yang dibawanya dari Indonesia.
“Dulu saya sering doa di majelis, ‘Ya Allah, kalau Engkau izinkan, aku ingin sujud di Aqsho.’ Hari ini Engkau kabulkan, ya Rabb…” katanya terisak.
Setelah shalat berjamaah, mereka mendengarkan tausiyah singkat dari pembimbing Pusat Umroh.
“Masjidil Aqsho ini adalah tanah yang diberkahi. Siapa yang menziarahinya dengan niat tulus, Allah سبحانه وتعالى akan limpahkan keberkahan hidupnya.”
Menuju Tanah Suci: Dari Aqsho ke Makkah dan Madinah
Perjalanan dilanjutkan ke Tanah Suci. Meski fisik mulai lelah, semangat ibu-ibu pengajian tetap membara.
“Bu, kaki pegal nggak?” tanya Bu Siti sambil tertawa kecil di pesawat.
“Pegal sih, tapi hati ringan. Ini semua karena niat,” jawab Bu Nur sambil tersenyum.
Setibanya di Makkah, suasana berubah jadi sangat emosional. Saat thawaf di bawah cahaya Ka’bah, satu per satu ibu-ibu menangis haru.
Bu Ani berbisik, “Dulu cuma lihat di TV, sekarang di depan mata. Ya Allah, Engkau baik sekali.”
Selama di Madinah, mereka berziarah ke makam Rasulullah ﷺ. Semua terdiam di Raudhah, meneteskan air mata rindu.
“Rasulullah ﷺ, kami datang membawa cinta dan syukur,” gumam Bu Nur pelan.
Pulang dengan Hati yang Baru
Setelah tiga negeri suci itu ditapaki — Jordan, Palestina, dan Arab Saudi — perjalanan ibu-ibu pengajian ini tak lagi sekadar perjalanan wisata religi.
Mereka pulang dengan hati yang lebih tenang, iman yang lebih dalam, dan ukhuwah yang lebih kuat.
Sesampainya di Indonesia, majelis taklim mereka berubah.
Setiap pertemuan kini diawali dengan dzikir dan kisah perjalanan mereka di Aqsho.
“Bu, sekarang kalau ngaji rasanya beda ya,” ujar Bu Wiwi.
Bu Nur tersenyum. “Iya, Bu. Karena kita sudah melihat bukti kebesaran Allah سبحانه وتعالى dengan mata kepala sendiri.”
Kini, setiap kali ada anggota baru bergabung, mereka selalu berkata:
“Kalau niatmu sungguh-sungguh, InsyaAllah Allah سبحانه وتعالى mampukan. Kami dulu cuma ibu-ibu arisan. Sekarang kami jadi saksi keindahan Masjidil Aqsho.”
🌙 Perjalanan Umroh Plus Aqsho bersama Pusat Umroh bukan hanya tentang ziarah tiga negeri.
Ia adalah kisah tentang tekad, doa, dan persaudaraan — dari arisan sederhana hingga menjadi langkah
