Blog entry by Hasan Basri

Anyone in the world

Masjidil Aqsho: Ketika Langit Menyentuh Bumi di Tanah Suci Jerusalem

Mentari pagi menyinari pelataran Masjidil Aqsho, memantulkan cahaya lembut di kubah peraknya yang megah. Suara azan berkumandang, menggema di antara dinding-dinding batu tua yang telah menyaksikan sejarah panjang para Nabi. Di tempat ini, setiap hembusan angin membawa doa, setiap langkah terasa seperti menyusuri lembaran sejarah yang hidup.

Tak ada tempat yang memiliki makna sekuat Masjidil Aqsho bagi umat Islam. Ia bukan sekadar bangunan ibadah, tapi simbol perjalanan iman, perjuangan, dan harapan. Di sinilah Rasulullah ﷺ memulai perjalanan suci Isra’ Mi’raj — naik dari bumi menuju langit, membawa perintah salat lima waktu yang kini menjadi napas kehidupan umat Islam.

Sejarah yang Menggetarkan Hati

Di tengah jantung kota Yerusalem, berdirilah Masjidil Aqsho, masjid tertua kedua setelah Masjidil Haram di Makkah. Dikisahkan, Nabi Ya’qub عليه السلام membangunnya pertama kali, lalu disempurnakan oleh Nabi Sulaiman عليه السلام dengan arsitektur megah dan indah. Dari masa ke masa, tempat ini menjadi pusat spiritual, tempat berkumpulnya para nabi, dan saksi perjalanan panjang manusia dalam mencari ridha Allah سبحانه وتعالى.

Namun perjalanan itu tak selalu mudah. Masjid ini pernah dijajah, dihancurkan, dan dikuasai oleh berbagai pihak. Pasukan Salib sempat menjadikannya gereja, hingga akhirnya Sultan Salahuddin Al-Ayyubi merebutnya kembali dengan penuh kebesaran hati. Tidak ada pembalasan dendam, hanya takbir kemenangan dan sujud syukur di pelataran suci Aqsho. Sejak saat itu, cahaya Islam kembali menerangi langit Yerusalem.

Keindahan Spiritual yang Tak Tergantikan

Ketika seseorang melangkah ke dalam Masjidil Aqsho, ia akan segera merasakan ketenangan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Aroma tanah yang lembap, cahaya matahari yang menembus jendela batu, dan suara burung yang berputar di atas kubah menciptakan harmoni yang menenangkan jiwa.

Banyak peziarah mengatakan, beribadah di Aqsho bukan hanya soal menjalankan salat, tapi tentang merasakan kedekatan sejati dengan Allah سبحانه وتعالى. Di setiap sujud, seolah mereka menyentuh sejarah ribuan tahun—menyentuh jejak para nabi, dari Nabi Ibrahim عليه السلام hingga Nabi Isa عليه السلام, yang semuanya pernah menapaki tanah ini.

Masjidil Aqsho di Tengah Badai Zaman

Kini, di tengah hiruk pikuk dunia modern, Masjidil Aqsho masih berdiri kokoh. Namun kedamaian di sekitarnya sering terganggu oleh konflik yang tak kunjung usai. Meski demikian, umat Islam di seluruh dunia tak pernah berhenti memberikan doa dan dukungan.

Anak-anak Palestina tetap bermain di pelataran masjid, sementara para jamaah terus berdatangan, menjaga agar masjid ini tak pernah sepi dari ibadah. Di tengah keterbatasan, semangat mereka menyala. Setiap sujud, setiap adzan, adalah bentuk perlawanan terhadap ketakutan dan ketidakadilan.

Masjid ini menjadi simbol bahwa iman tak bisa dihancurkan. Bahwa doa jauh lebih kuat dari peluru, dan bahwa cinta kepada Allah سبحانه وتعالى tak bisa ditindas oleh siapa pun.

Pesan Kehidupan dari Tanah Suci

Berada di Masjidil Aqsho bukan sekadar kunjungan wisata religi — ini adalah perjalanan batin yang menggugah. Di sana, kita belajar arti sabar, keteguhan, dan cinta sejati kepada Allah سبحانه وتعالى. Melihat umat yang tetap tersenyum meski hidup dalam tekanan, kita belajar bahwa iman sejati bukan diukur dari kemewahan, tapi dari ketulusan hati dalam mempertahankan kebenaran.

Masjidil Aqsho mengajarkan bahwa meski zaman berubah, nilai-nilai spiritual tak boleh hilang. Bahwa sekuat apa pun dunia mencoba memadamkan cahaya iman, Allah سبحانه وتعالى akan selalu menjaganya tetap menyala — lewat hati hamba-hamba-Nya yang beriman.

Penutup: Harapan yang Tak Pernah Padam

Setiap senja di Masjidil Aqsho adalah kisah indah yang tak pernah berakhir. Saat langit berubah jingga, bayangan kubah perak memantul di dinding tua, seolah menegaskan bahwa cahaya Islam akan terus hidup hingga akhir zaman.

Masjid ini bukan hanya milik Palestina, tapi milik seluruh umat Islam. Ia adalah simbol cinta, doa, dan persatuan. Dari setiap pelosok dunia, jutaan Muslim menengadahkan tangan, memohon agar masjid ini tetap dijaga, agar kedamaian kembali menghiasi tanah para nabi.

Dan hingga hari itu tiba, Masjidil Aqsho akan tetap menjadi pelita yang tak pernah padam — tempat di mana langit menyentuh bumi, tempat di mana doa dan harapan tak pernah berhenti mengalir.